Kisah Yesus memberi makan lima
ribu orang adalah kisah yang akrab dengan kita. Namun baiklah kita
merenungkannya lagi. Dikisahkan para rasul kembali berkumpul dengan Yesus
setelah mereka melaksankan tugas dari Yesus (Markus 6:6b-13). Sebelumnya memang
mereka untuk beberapa waktu tidak bersama dengan Yesus karena merekapun disuruh
melayani orang-orang tanpa bersama dengan Yesus. Setelah pekerjaan dan pelayanan itu, mereka
kembali berkumpul dengan Yesus. Yesus mengajak mereka untuk beristirahat di
tempat yang sunyi setelah pelayanan yang mereka lakukan cukup menyita energy bahkan
untuk makanpun mereka tidak sempat (Markus 6:31). Mungkin Yesus hendak
mendengar laporan pekerjaan pelayanan mereka? Mungkin saja. Kita bisa
membayangkan pertanyaan-pertanyaan Yesus kepada para rasul; Bagaimana rasanya
melayani?, Bagaimana pengalamanmu berhadapan dengan orang-orang yang butuh
pertolongan?, Apakah telingamu peka mendengar teriakan minta tolong orang
lain?, Bagaimana perasaanmu melihat orang-orang yang menderita? Dan lain
sebagainya. (Kita bisa berimajinasi dalam
hal ini bukan?)
Dan ketika mereka bertolak dengan
perahu menuju tempat yang dirasa sunyi, rupanya orang-orang melihat mereka dan
orang-orang inipun bergegas mengikuti Yesus dan para rasul. Kita melihat,
bagaimana antusiasme dari orang-orang ini untuk tetap menjumpai Yesus dan para
rasul. Bahkan untuk segera mencapai tempat dimana Yesus dan para rasul berada,
mereka rela berjalan kaki. Dan dikatakan dalam bagian Alkitab ini bahwa,
orang-orang tersebut datang dari berbagai kota mereka. Penginjil Markus tidak
menyampaikan apa motivasi orang-orang ini untuk mengikuti dan menjumpai Yesus
dan para rasul. Tetapi kita bisa menduga bahwa mereka terdorong oleh karena
hendak dekat deng Yesus yang penuh kuasa dan wibawa itu. Ditambah pula, bahwa
orang-orang ini sangat terkesan pula dengan pelayanan para rasul sebelumnya
ketika mereka mendapat tugas dari Yesus sebelumnya. Dorongan untuk menjumpai
Yesus ini sangat kuat. Hal itu terlihat bahkan sampai hari menjelang malampun
mereka tetap setia mendengar pengajaran Yesus (Ayat 34-35)
Melihat situasi ini, para rasul
datang kepada Yesus dan mengusulkan kepadaNya agar orang yang sangat banyak itu
disuruh pulang mengingat tidak ada makanan yang akan diberikan kepada mereka,
sementara orang banyak itu pasti belum makan. Mungkin usul yang bagus tetapi
kita mendapati justru Yesus menjawab usul mereka, “Kamu harus member mereka
makan” (Ayat 37). Perkataan Yesus ini sepertinya menghentak para rasul karena
bagaimana mungkin mereka dapat memberi makan orang sebanyak itu. Disatu sisi
perbekalan yang ada tidak cukup dan disisi lain mereka sendiripun belum makan.
Bagi para rasul, hal ini sangatlah tidak mungkin.
Tetapi apa yang terjadi? Bekal
yang tersedia adalah Lima Roti dan Dua Ikan. Mungkin para rasul bertanya, apa
yang akan kita lakukan dengan bekal yang “super” sedikit ini dibandingkan
dengan orang yang sangat banyak itu yang sementara lapar dan lelah. Ini tidak
mungkin!
Kemudian Yesus mengambil bekal
itu. Mengucap berkat atasnya dan kemudian membagikan kepada orang banyak itu
yang duduk berkelompok. 5000 orang laki-laki banyaknya, perempuan dan anak-anak
belum terhitung disitu. Mereka makan sampai kenyang dan ketika dikumpulkan
potongan-potongan roti itu ada dua belas bakul dan sisa-sisa ikan. Mujizat
terjadi!. Hal yang tidak mungkin bagi manusia, bagi Allah tidak ada yang tidak
mungkin.
Dari kisah ini, paling tidak ada
dua hal yang patut kita renungkan,
Pertama, Menjadi murid Tuhan adalah menjadi orang yang bukan hanya
sekedar menjadi pengikut tanpa diikuti dengan perubahan gaya dan sikap hidup.
Dari kisah ini kita mendapati bahwa Yesus merubah orientasi berpikir para
rasul. Ketika mereka mengusulkan kepada Yesus agar orang banyak yang mengikuti
mereka itu disuruh pulang agar mencari makanan, Yesus justru menyuruh para
rasul untuk memberi makan. Sekalipun Yesus pasti tahu bahwa Dia dan para rasulpun
belum makan hari itu ditambah lagi lelah dan penat seharian mengajar.
Disini para rasul diajak untuk
tidak mengarahkan perhatian terhadap diri sendiri tetapi kini harus mengarahkan
perhatian kepada orang lain. Orientasi para rasul dirubah. Dari memperhatikan
perut dan diri sendiri, ke sikap hidup yang memperhatikan orang lain.
Kitapun sebagai orang percaya
diajak demikian. Ketika kita mengakui bahwa kita adalah pengikut-pengikut Tuhan
maka orientasi hidup kitapun seharusnya berubah. Pola piker, gaya hidup dan
sikap kita pun harus berubah.
Hal ini penting. Ketika kehidupan
sekarang sepertinya dipacu dengan berbagai bentuk cita-cita dan harapan, tidak
dapat dipungkiri orang percaya sepertinya dibawa pada kondisi dimana untuk
memperhatikan dan mempedulikan orang lain menjadi sikap yang asing. Dengan kata
lain, kita sepertinya terkondisi dengan situasi “Mengamankan diri sendiri dulu,
orang lain belakangan”. Dari kondisi dan sikap seperti ini, tidak jarang orang
harus mengorbankan orang lain agar tujuannya tercapai lebih dulu. Orang lain
tidak lagi dilihat sebagai sahabat dan teman melainkan sebagai saingan dan
musuh yang harus disingkirkan. Keadaan yang sangat memprihatinkan dewasa ini
manakala kepekaan terhadap realita social semakin berkurang oleh karena individualism
yang merajalela.
Firman Tuhan mengingatkan kita
bagaimana kehidupan orang percaya yang seharusnya adalah kehidupan yang bukan
hanya untuk diri sendiri tetapi kehidupan yang berpikir dan berbuat untuk orang
lain juga. Pendek kata, Paradigma “Untuk Diri Sendiri” harus berubah menjadi paradigma
“Untuk Orang Lain” ketika kita menjadi pengikut Tuhan.
Yesus mengajak dan membentuk pola
pikir para rasul bahwa hubungannya dengan Tuhan harus berdampak pada hubungan
bersama dengan orang lain. Dengan kata lain, penghayatan hidup sebagai murid
Tuhan secara vertical akan terlihat dan tercermin dalam hubungan yang
horizontal. Seperti itulah seharusnya hidup kita. Kesetiaan kepada Tuhan
seyogianya terimplementasi dalam kepedulian dan keprihatinan terhadap sesama. Pdt Eka Darmaputera pernah menulis begini, “Iman
yang otentik atau asli akan terlihat dalam interaksi dengan orang lain”.
Hal yang kedua yang dapat kita renungkan dari bagian Alkitab ini
adalah, kelangsungan hidup umat Tuhan ada di tangan Tuhan sendiri. Bagi para
rasul, bagaimana mungkin lima roti dan dua ikan dapat mengenyangkan orang yang
sangat banyak itu. Disini keraguan dan kebimbangan menjadi dominan menggantikan
sikap percaya kepada Yesus yang adalah Tuhan. Padahal ada sekian waktu mereka
telah bersama-sama dengan Yesus. Tidak sedikit pengalaman dan peristiwa yang
mereka alami dan saksikan bersama Yesus yang seharusnya menjawab keraguan dan
kebimbangan itu. Tetapi peristiwa memberi makan lima ribu orang ternyata harus
pula disaksikan oleh para rasul dan kepada banyak orang pula bahwa Yesus adalah
Tuhan empunya kehidupan.
Realita menyaksikan kepada kita
sebagai orang percaya, seringkali ketika berhadapan dengan situasi-situasi yang
berurusan dengan soal perut ataupun dengan persoalan-persoalan yang genting,
kita sepertinya meragukan apakah Tuhan akan bekerja dalam kehidupan kita.
Seperti para rasul, sebenarnya pengalaman hidup bersama Tuhan selama ini cukup
menjawab dan memberi kepastian dalam perjalanan hidup kita namun kerap keraguan
dan kebimbangan dan sangsi kepadaNya datang juga. Ketika berhadapan dengan
situasi yang sulit, ketika harapan dan cita-cita hidup yang sepertinya menjauh,
ketika kegagalan demi kegagalan menerpa hidup kita, kita mulai sangsi apakah
Tuhan masih mempedulikan kita.
Peristiwa Yesus memberi makan
lima ribu orang ini kembali menegaskan dan menguatkan serta menyadarkan kita
bahwa Dia, Tuhan selalu memperhatikan kita. Seperti orang banyak yang datang menemui
Yesus itu, mereka tidak disuruh pulang. Mereka dijamu dan dipuaskan Tuhan.
Harapan mereka dijawab, permintaan mereka diberikan Tuhan.
Kiranya kitapun semakin dikuatkan
menjalani hidup ini bersama dengan Tuhan yang terus bekerja dalam hidup kita
dan kita dimampukan untuk terus menyatakan kehadiran Tuhan itu dalam hubungan
kita dengan orang-orang di sekitar kita. Amin.
Renungan yang sangat meninspirasi dan menggugah sanubariku sebagai pengikut Kristus.
BalasHapusTrrimakasih kiranya kabar gembira ini bisa dijadikan sumber kekuataan iman dalam mengikut Yesus.
Tuhan Yesus memberkati
Hapus