Khotbah, Renungan Kristen, Bacaan Alkitab, Artikel, Berita

Sabtu, 28 April 2012

HIDUP OLEH PERCAYA Bahan Bacaan Lukas 11:14-23


Bacaan kita saat ini mengetengahkan bagaimana kehadiran Yesus yang adalah sebagai manusia dan pada saat yang sama pula adalah Allah. Dikisahkan, Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan, dan akhirnya orang tersebut dapat berkata-kata lagi. Banyak orang yang menyaksikan peristiwa ini. Dan dari peristiwa ini, reaksi orang-orang beragam. Ada yang merasa heran, tetapi ada pula yang menyaksikan peristiwa itu menuduh Yesus bersekongkol dengan Iblis. Bagi mereka, Yesus mengusir setan dengan menggunakan kuasa Beelzebul yaitu Penghulu Setan. Kecurigaan mereka sangat besar sehingga mereka meminta tanda dari sorga kepada Yesus. Apa maksudnya?  Mungkin agar dapat membuktikan bahwa kecurigaan mereka salah dan tidak benar. 

Biasanya Kecurugaan dan keraguan tidak akan hilang apabila sesuatu itu hanya terjadi satu kali saja. “Mungkin hal itu hanya kebetulan”. Kalau ada tanda yang luar biasa lagi, maka baru bisa dipercaya. Mungkin seperti itulah yang ada di benak orang-orang yang menyaksikan peristiwa pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus namun masih sangsi dan ragu. Itulah sebabnya mereka meminta tanda dari sorga kepada Yesus (ayat 16). “Tanda dari Sorga”. Itu berarti yang mereka mksudkan adalah, kiranya ada kejadian yang luar biasa dan sifatnya ilahi lagi untuk mendukung dan melegitimasi bahwa tindakan Yesus tersebut benar-benar pekerjaan ilahi. Sebab kalu tidak, maka tuduhan mereka berarti benar bahwa Yesus mengusir setan menggunakan juga kuasa setan.

Atas tuduhan tersebut Yesus menegaskan, …“Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?”… (Ayat 17-18).
Membayangkan keadaan ini, memang sangat ironi. Mengapa?. Karena sebenarnya peristiwa pengusiran setan ini hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak tanda yang dihadirkan Yesus kepada banyak orang untuk menyatakan kehadiranNya sebagai Allah sendiri. Tetapi anehnya, mereka masih tidak percaya, ragu bahkan sampai pada tuduhan yang ekstrem bahwa, “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul”.

Rupanya kecenderungan orang banyak di zaman itu, tidak jauh berbeda dengan kecenderungan orang percaya masa kini. Kecenderungan yang terus menggejala bahkan yang menyebut diri sebagai “Orang Kristen sejak lahir” sekalipun. Kecenderungan dalam mana “Keraguan” dan “Ketidakpercayaan” terhadap Yesus yang adalah Tuhan kerap mewarnai perjalanan hidup orang percaya. Keyakinan dan kepercayaan kepada Yesus yang adalah Tuhan sering tergantung pada “Tanda”. Tepatnya adalah tanda dari sorga, yang bisa dibahasakan dengan “adanya Mujizat”. Dengan kata lain, kehidupan keberimanan orang Kristen sekarang hanya bergantung pada adanya mujizat. Kalau tidak ada mujizat (Kejadian yang luar biasa, yang melampaui keterbatasan akal pikiran dan manusia), itu berari Tuhan tidak hadir. Sebaliknya kalau ada mujizat, itu pertanda Tuhan hadir.

Bahkan dalam kehidupan bergereja, orang Kristen saat ini mulai memilah. Gereja yang ada mujizatnya atau terjadi kejadian-kejadian yang luar biasa yang dialami dalam peribadatan atau dalam kehidupan anggota gerejanya, berarti gereja tersebut dipenuhi oleh Roh Kudus dan kuasa Tuhan. Berarti Tuhan hadir. Sementara gereja yang tidak ada mujizatnya, itu berarti hanya organisasi biasa dan Tuhan tidak hadir dengan kuasaNya. Pendek kata, iman Kristen seringkali hanya tergantung pada adanya mujizat. Adanya mujizat pertanda iman sementara bertumbuh dan dewasa. Sangat ironi. Padahal tanpa disadari kita bisa hiduppun sebenarnya adalah suatu mujizat dari Tuhan.

Iman yang bergantung pada adanya mujizat sering terlihat pula dalam kehidupan nyata gereja-gereja dan orang percaya. Lihat saja, peribadatan yang banyak dipadati orang Kristen justru disaat Pemimpin Ibadahnya adalah orang yang katanya baru bertobat dan katanya baru mengalami kejadian-kejadian yang luar biasa dalam hidupnya. Orang lebih terpesona apabila yang menjadi pengkhotbah adalah yang dapat melakukan mujizat. Sementara, pendeta yang digembeleng di bangku Fakultas Teologi dianggap biasa-biasa saja, apalagi dia tidak menunjukkan dan mendemonstrasikan sebuah mujizat. Dia dianggap tidak dikuasai oleh Roh Kudusdan karunia-karunia serta tanda dari sorga.

Dari bagian Alkitab yang kitabaca saat ini, Yesus tidak mau orang akan percaya kepadaNya hanya karena tanda-tanda ajaib yang dibuatNya. Dari kisah ini kita mendapati, apakah Yesus menunjukkan tanda lagi seperti yang diminta oleh orang banyak yang meragukan kemahakuasaanNya? Tidak! Justru Yesus berkata, “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”. Sekali lagi, Yesus tidak menunjukkan sebuah tanda lagi untuk membuat mereka percaya dan yakin akan kuasa yang dinyatakanNya. Apa artinya? . Artinya adalah, kehadiran Yesus bukan sekedar pembuat tanda-tanda ajaib menurut ukuran manusia tetapi kehadiranNya adalah Kehadiran Kerajaan Allah. Yaitu KehadiranNya adalah bukti bahwa segala kuasa yang ada didunia, takluk kepadaNya. Dan pengusiran setan terhadap orang itu, berarti pembebasan dari kuasa-kuasa jahat dan menganugerahkan kehidupan yang sebenarnya.

Bila kita membaca Lukas 11:29-32 maka kita akan dapati bahwa Yesus mengidentikkan orang-orang yang meminta tanda disebutnya Angkatan Yang Jahat.
Firman Tuhan ini mau mengingatkan kepada kita bahwa memang keraguan dan ketidakpercayaan sering melanda perjalanan hidup keberimanan kita. Namun kita diingatkan lagi bahwa hendaknya kepercayaan kita kepada Yesus Kristus yang adalah Tuhan tidak akan bergantung pada tanda seperti yang diminta oleh orang banyak pada zaman Yesus itu. Kepercayaan kita adalah karena kita percaya bahwa Dia benar adalah Tuhan. Tuhan yang hidup oleh karena itu Dia menghidupkan. 

Keyakinan ini penting, karena apabila kita hanya akan percaya apabila ada tanda saja maka kita tidak ubahnya seperti orang Kristen yang dewasa namun sifatnya kenak-kanakan. Orang Kristen yang bergantung pada tanda-tanda. Iman yang dewasa sesungguhnya adalah iman yang bertumbuh secara wajar dalam segala bentuk kehidupan yang dijalani dalam hidup orang percaya. Iman seperti itulah yang langgeng dan bertahan. Realita menyaksikan kepada kita  betapa banyak orang Kristen yang akhirnya jatuh oleh karena ketika kejadian-kejadian yang luar biasa sudah tidak dialami lagi dalam perjalanan kehidupannya. Tuahn Yesus pernah berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29).
Keyakinan kita adalah Yesus adalah Tuhan. Karena Dia Tuhan, maka Dia punya kuasa mengusir Iblis, membebaskan mereka dari kuasa kegelapan dan menghadirkan kehidupan baru. Biarlah keyakinan ini yang terus mewarnai perjalanan keberimanan kita. Apalagi KebangkitanNya telah mengokohkan iman percaya kita itu.

Ada banyak tantangan dan pergumulan serta kuasa jahat yang siap menantang hidup keberimanan kita. Namun kita percaya kita mempunyai Tuhan yang hidup, Tuhan yang sanggup membebaskan dan Tuhan yang menghidupkan. Biarlah perjalanan hidup kita dengan segala dinamikanya akan terus mengokohkan iman kita dan iman kita terus bertumbuh dalam sikap percaya yang terus mempercayakan hidup ini kepada Dia. Yesus yang adalah Tuhan.
Tuhan kiranya memberkati dan memampukan kita. Amin.

Kamis, 26 April 2012

HIDUP YANG MENANGGALKAN KEDAGINGAN, BISAKAH? Bahan Bacaan Roma 7:13-26


Kalau kita mau jujur, mana yang lebih kuat tarikannya dalam diri dan hidup kita, pergi  santai dengan teman-teman ataukah datang dalam persekutuan-persekutuan yang beribadah?
Realita menyaksikan kepada kita bahwa ternyata tawaran untuk bersantai atau dirumah kongkow-kongkow lebih enak dan mengasyikan daripada datang beribadah.
Jujur, mana yang lebih enak, duduk berjam-jam didepan computer dengan Face Book atau duduk berjam-jam beribadah dan mendengar Firman Tuhan. Pengalaman menyaksikan, orang cenderung lebih memilih opsi yang pertama daripada opsi yang kedua.
Ini menandakan bahwa kecenderungan untuk memuaskan keinginan daging lebih dominan dan lebih menguasai diri kita dan hidup kita. Dengan kata lain, kita lebih memikirkan tentang kehidupan secara jasmaniah dengan segala keinginan-keinginannya. Mengapa demikian? Paulus menyebutnya, karena dosa sepertinya lebih menguasai diri kita.

Tadi dikatakan, “Kalau kita mau jujur”. Dalam bagian Alkitab kita saat ini, Paulus jujur dalam hal ini. Ada pergumulan batin yang selama ini terjadi dalam hidupnya sebelum mengenal Kristus. Hukum Taurat yang adalah panduan untuk hidup, ternyata ia tidak dapat memberlakukan sepenuhnya. Ketika ia mau berbuat apa yang baik, justru yang terjadi adalah keinginan untuk melakukan yang tidak baik itulah yang ia lakukan. Sebenarnya yang ia kehendaki adalah berbuat apa yang baik tetapi yang terjadi adalah apa yang ia tidak kehendaki, itu yang ia lakukan yakni yang jahat (Roma 8:15, 19,20). Mengapa? ..Karena dosa yang menguasainya. Pengakuan Paulus ini sangat jujur dan terbuka. Bagaimana dengan kita?  

Bagi Paulus memberlakukan Hukum Taurat sepenuhnya adalah hal yang mustahil manakala yang dominan dalam hidup ini adalah berpikir dalam kedagingan. Apakah Hukum Taurat itu tidak baik dan dosa? Tidak. Dalam Roma 7:12, Paulus berkata, “Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik”. Tetapi manusia yang dikuasai oleh dosalah yang tidak mampu melakukannya. Manusia lebih cenderung berpikir untuk kepuasan jasmani dan keinginan-keinginan daging sehingga untuk melakukan hal yang baik seringkali terhambat dan menjadi sulit untuk melakukannya.
Dengan kata lain, oleh karena kita lebih cenderung lebih memikirkan dan melakukan hal yang jahat maka keinginan untuk berbuat apa yang baik menjadi terhalang.  Itulah realitas manusia. Tidak terkecuali orang yang menyebut dirinya sebagai orang percaya dan pengikut Kristus. Kita lebih memilih apa yang ditawarkan dan diinginkan oleh kedagingan kita dari pada mau hidup dalam kehendak dan keinginan Tuhan. Ciri-ciri kekeristenan kita sering menjadi pudar oleh karena kita lebih memilih memuaskan keinginan daging. Selalu berpikir dan berorientasi pada hal jasmaniah.

Tetapi yang lebih ironis lagi adalah manakala dalam kehidupan orang percaya ketika ia bersalah dan berdosa, selalu berupaya untuk  membenarkan diri. Untuk hal itu orang kerap kali mencari dalih-dalih untuk pembenaran atas dosa dan kesalahan yang dilakukan.
Ada sebuah cerita, seorang pendeta datang berkunjung di rumah seorang ibu lansia. Setelah bercakap-cakap, kemudian pendeta meminta kesediaan ibu itu untuk didoakan. Dia bagian akhir doa, pendeta itu berdoa, “Ya Tuhan ampunilah kami, ampunilah dosa ibu kekasih ini dalam nama Tuhan Yesus. Amin”.
Tiba-tiba, ibu lansia itu langsung protes kepada pendeta. “Pendeta, hari ini saya hanya ada dirumah terus sampai pendeta datang. Saya hanya bersih-bersih rumah sepanjang hari ini. Saya belum bertemu Satu orangpun disepanjang hari ini. Bagaimana mungkin hari ini saya berdosa . Mengapa pendeta berdoa ampunilah dosa saya”.  “Saya belum melakukan dosa disepanjang hari ini”.

Apakah perotes ibu lansia ini benar?. Dia belum bertemu satu orangpun. Dosa apa yang ia perbuat?.
Pendeta itu menjawab, “Justru karena ibu tidak keluar sepanjang hari inilah, ibu berdosa. Mengapa? Karena di luar rumah sebenarnya ada banyak ibu-ibu yang sementara bergumul dan ibu bisa saja membantu mereka bahkan pergi menguatkan dan mendoakan mereka. Dan masih banyak lagi yang ibu bisa lakukan seandainya ibu tidak hanya dirumah saja”.
Sebagai orang percaya, kita sering berpikr tidak melakukan apa-apa tentu tidak berdosa. Ternyata, tidak melakukan apa-apapun ternyata kita sudah berdosa. Dalam Roma 8:12, Paulus menyebutnya itu adalah HUTANG.

Ini pula yang kerap kali kita lakukan dengan dalih yang seperti ini misalnya. “Saya tidak rajin beribadah, Toh saya tidak mencuri, toh saya tidak berbuat dosa dan saya tidak mendatangkan dosa terhadap orang lain”.
Adalah lebih bijaksana kita datang kepada Tuhan dengan penuh kerendahan dan sadar diri kemudian mengaku dosa kita dihadapan Tuhan dari pada berupaya mencari dalih untuk membenarkan diri padahal sebenarnya sudah jelas-jelas salah dan berdosa.

Menganggap diri benar karena melakukan hukum Taurat membuat manusia berpikir untuk dirinya sendiri. Manusia hanya berpikir bagaimana ia dapat melakukan hukum Taurat dengan sempurna sehingga dalam keadaan itu, itu berarti ia tidak lagi membutuhkan Tuhan dalam hidupnya. Bagi orang percaya berarti Ia tidak membutuhkan lagi Kristus dalam hidupnya. Tokh, saya dapat hidup dengan melakukan hukum Taurat.
Padahal, iman yang dewasa adalah iman yang menyadari siapa dia dihadapan Allah dan oleh karena itu dia merasa bergantung sepenuhnya kepada Allah. Sebaliknya orang yang merasa diri benar, ia tidak lagi membutuhkan Tuhan dalam hidupnya.

Paulus menyadari akan hal itu sehingga baginya menganggap diri benar karena hukum Taurat atau karena melakukan hukum Taurat supaya ada pembenaran adalah hal yang sia-sia. Oleh karena itu bagi Paulus sesungguhnya kita tidak dapat melakukan semua itu, tetapi kita bersyukur bahwa hanya karena Kristus Yesus lah yang membuat kita dapat melanjutkan hidup ini. Karena Yesus Kristuslah yang telah mengalahkan maut dan dosa dan Dengan Dia Kehidupan baru boleh dimiliki oleh orang percaya.  Itu berarti,  hanya dengan hidup dalam Roh Kristuslah maka kita dapat melakukan apa yang baik dan cenderung mengalahkan keinginan-keinginan yang jahat. Oleh karena itu, ditengah ketegangan dan konflik dalam mana keinginan daging seringkali lebih kuat dalam diri kita, Paulus mengajak jemaat di Roma untuk hidup dalam roh. Hidup dalam roh siapa? Hidup dalam Roh Kristus Itulah yang diuraikan rasul Paulus dalam Roma pasal 8.

Hidup dalam Roh Kristus adalah hidup dalam terang dan petunjuk Kristus. Hidup dalam Roh adalah hidup yang mengarahkan pikiran-pikiran manusia kita kepada Dia Yesus Kristus Anak Allah. Hidup oleh Roh adalah hidup yang diperdamaikan dan berdamai dengan Allah. Dengan kata lain, hidup dalam Roh adalah hidup yang menanggalkan pikiran-pikiran untuk kepentingan jasmaniah dan berubah pada orientasi hidup dalam Kristus Yesus. (Pasal 8:5)

Kita semua diajak untuk hidup dalam Roh. Itu berarti hidup yang menempatkan Kristus yang  memerintah dalam hidup kita. Artinya apa? Bila kita menempatkan Kristus yang memerintah dalam hidup kita itu berarti kita harus tunduk dan menaklukan diri dan hidup kita, di dalam Kristus. Dengan demikian kecenderungan yang akan terjadi dalam hidup kita menjalani hidup sebagai orang percaya adalah kecenderungan dalam roh. Hidup dalam roh berarti mematikan atau menanggalkan pikiran-pikiran yang orientasi hidup kita hanya untuk yang sifatnya jasmani semata (Roma 8:13).

Kalau dalam awal khotbah tadi dikatakan, mana yang lebih kuat tarikannya, berpikir untuk kepentingan dan kesenangan daging atau mengarahkan pikiran dan orientasi hidup kepada Tuhan? Kenyataan yang sering terjadi dalam hidup kita, itulah jawabannya.
Maka Firman Tuhan hari ini, mengingatkan dan mengajak kita untuk menjalani kehidupan ini dengan berorientasi dan berpikir dalam roh Kristus. Sepanjang kita menempatkan hidup ini dipimpin dan dituntun oleh Roh maka cara memandang hidup kita sebagai orang percaya akan menjadi berbeda. Kita akan dapat membedakan Mana yang lebih utama dalam hidup ini, dan mana yang sifatnya sementara dalam hidup ini. Hidup dalam Roh Kristus itu pula yang akan terus menyadarkan kita, siapa sesungguhnya kita dihadapan Tuhan sehingga ketika kita menyadarinya, maka kita akan bergantung sepenuhnya kepada Dia. Amin.

Rabu, 25 April 2012

KESETIAAN DITENGAH TAWARAN DUNIA YANG MEMIKAT Bahan Bacaan Yesaya 28:7-22


Siapa yang mau menderita dalam hidup ini? Tentu tidak ada seorangpun yang menginginkan hal itu terjadi dalam hidupnya. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa penderitaan itu seringkali mewarnai perjalanan hidup kita, dengan berbagai bentuk. Dan apabila penderitaan itu terjadi oleh karena perbuatan kita sendiri, bagaimana tanggapan kita? Atau dengan kata lain, ketika penderitaan itu datang sebagai bentuk hukuman Tuhan oleh karena perbuatan kita sendiri sebagai orang yang percaya. Apa yang hendak kita katakan?.

Umat Israel adalah umat pilihan Tuhan, umat yang diberkati dan umat yang dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Tanah Mesir oleh karena pengasihan Tuhan, menjadi tanda bahwa Umat Israel sementara dipersiapkan Tuhan sebagai umat yang menjadi berkat bagi orang lain. Perjalanan mereka di padang gurun dengan penyertaan Tuhan turut membentuk karakter mereka sebagai umat Tuhan sehingga menjadi umat yang taat dan setia beribadah kepada Tuhan Allah sendiri. Ciri khas sebagai umat yang beribadah kepada Tuhan adalah ciri utama dari bangsa ini.
Akan tetapi perjalanan waktu telah menyaksikan bahwa ketika umat ini berpaling dari Tuhan dan mulai mengandalkan kekuatan-kekuatan dunia dan manusia, umat Israel yang semula satu akhirnya terpecah menjadi dua Yaitu Israel Utara (Samaria) dan Israel selatan (Yehuda). Peristiwa ini juga menjadi tanda bahwa Allah sementara menghukum umatNYa sendiri akibat kesetiaan yang berubah pada ketertundukan pada kekuatan dan kemampuan manusia semata. Itulah yang sementara terjadi dalam kehidupan umat Tuhan baik di Selatan maupun di Utara. Kehidupan para pemimpin umat dan umat sendiri berada dalam keadaan krisis dan kritis oleh karena mulai menjauh dari Tuhan. Dalam kondisi itulah Yesaya tampil bernubuat menyuarakan Firman Tuhan.

Yesaya menggambarkan bahwa keberadaan pemimpin2 Israel tidak lagi mencerminkan kepemimpinan yang dituntut Tuhan. Mereka dimabukkan oleh anggur dan arak sehingga kepemimpinan mereka tidak lagi menjadi anutan dan teladan. Mereka tidak mampu lagi mengarahkan perjalanan umat Tuhan ke arah yang dijehendaki Tuhan. Dan agaknya keadaan ini juga menggambarkan bahwa pemimpin2 Israel sedang dimabuk kekuasaan, mabuk jabatan sehingga kesombongan, keangkuhan dan pementingan diri sendiri terjadi dimana-mana. Bagi mereka hal ini memang lazim dan bahkan dipandang baik2 saja. Oleh karena itu tidak heran, umat sendiripun berada dalam kondisi seperti itu. Dan yang lebih parah lagi adalah baik pemimpin umat maupun umat sendiri telah melupakan ciri khas dan identitas mereka sebagai umat pilihan Tuhan yaitu sebagai umat yang taat beribadah dan bersekutu dengan Tuhan. Mereka kini lebih memilih pada penyembahan-penyembahan berhala daripada datang menyembah kepada Tuhan Allah yang sejak dulu menyatakan kuasa dan keajaiban-keajaiban bagi perjalanan hidup mereka. Sikap ini dimana umat Tuhan mulai senang dengan penyembahan berhala menunjukkan bahwa kehidupan umat Tuhan sedah jauh terperosok kepada jurang kebinasaan. Yesaya menyebutnya “Perjanjian dengan Maut”.  
kondisi ini sangat memprihatinkan sehingga Yesaya berkali-kali memperingatkan bangsa ini namun tidak dihiraukan. Ay.15. mereka pikir mereka bisa lolos. Oleh karena itu Yesaya menyampaikan bahwa akibat perbuatan ini maka umat Tuhan akan dihukum oleh Tuhan sendiri (ay.21). mereka akan mengalami penderitaan akibat ulah mereka sendiri. Penderitaan itu digambarkan bahwa Yerusalem akan hancur (tempat perhentian--- ay.12). padahal Yerusalem bagi Israel merupakan kota yang kudus, kota yang menjadi simbol kehadiran Allah. Akan tetapi kehancuran ini tidak akan terhindarkan oleh karena kehidupan umat Tuhan yang tidak lagi taat dan setia kepada Tuhan.  Ay. 21- 22,  Yesaya menegaskan akan kepastian kehancuran Israel dimana Allah sendiri menghendakinya.

Seperti itulah yang akan terjadi apabila umat Tuhan mulai menjauh dari Tuhan. Sepertinya Israel lupa bahwa apa yang mereka jalani dan menikmati kehidupan sejak dari Mesir adalah karena kasih Tuhan. Sangat ironis memang umat yang dipilih dan umat yang diberkati kini berada diambang kehancuran. Penderitaan yang akan mereka alami semua itu disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri.

Firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa selaku umat Tuhan kita harus menyadari bahwa hidup yang kita jalani adalah pemberian Tuhan dan tanda kasih Tuhan bagi kita. Adalah sangat ironis apabila kita yang telah merasakan pemeliharaan dan kasih Tuhan itu justru meninggalkan Tuhan dan berpaling pada kekuatan-kekuatan manusia dan dunia. Mungkin kita tidak seperti bangsa Israel di zaman Yesaya bernubuat akan tetapi kita diingatkan baik sebagai pemimpin maupun sebagai umat Tuhan ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan itu jangan sampai berubah. Mabuk oleh kekuasaan, pening oleh jabatan, kesombongan dan keangkuhan bukanlah ciri khas kita sebagai orang percaya. Kita tahu kesombongan dan keangkuhan itu muncul oleh karena kita merasa tinggi. Dan kita tahu bahwa ketinggian seringkali berdampak negatif. Demikian pula ketika kita merasa tinggi, hati-hati ketinggian itu bisa mengeluarkan hawa panas yang bisa mencederai orang lain. Demikian pula ketika umat Tuhan berpaling pada berhala-berhala, Tuhan menjadi marah. Benar kita tidak lagi menyembah berhala seperti umat Israel di masa itu, tetapi tidak dapat kita pungkiri bahwa berhala-berhala modern seringkali menggantikan posisi Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita mulai memahami bahwa kecukupan materi dapat menjamin kehidupan kita hati-hati kita mulai dekat pada perjanjian dengan maut. Ketika kita mulai beranggapan persekutuan dengan Tuhan tidak penting, kita harus berani bertindak dan berhenti berpikir seperti itu. Tuhan lebih penting daripada segala galanya.

Berita penghukuman yang disampaikan Yesaya dalam bagian alkitab saat ini paling tidak dikarenakan 2 hal :
1.      Keangkuhan dana kesombongan pemimpin maupun umat Tuhan
2.      Penyembahan berhala yang berarti mulai menganggap Tuhan danpersekutuan denganNya tidaklah penting.
Maka konsekuensinya adalah penghukuan dan penderitaan.
Kita tidak berharap dan tidak menginginkan hal itu terjadi dalam hidup kita kini dan di sini. Oleh karena itu marilah tetap hidup dalam karakter dan ciri khas sebagai umat Tuhan yang mau menjawab kasih Tuhan itu dalam hidup keseharian kita dan dalam hidup yang terus rindu bersekutu dengan Tuhan. Amin.

PASKAH KRISTUS ADALAH BERITA KEHIDUPAN Bahan Bacaan Matius 28:1-10


Setelah penyaliban dan kematian Yesus, para murid dan perempuan-perempuan yang setia melayani Yesus tidak berani keluar rumah.  Ketakutan yang  memang beralasan karena  keberadaan mereka tidak dapat dilepaskan dengan sosok Yesus yang disalib oleh Orang-orang Yahudi dan tentara Romawi.  Peristiwa penyaliban Yesus dapat saja menyeret mereka pada bahaya bahwa mereka adalah pengikut-pengikut Yesus. Dengan kata lain, bukan tidak mungkin merekapun menjadi target berikutnya dari para Imam, orang Yahudi dan penguasa Romawi. Mereka hanya menunggu apa yang akan terjadi setelah Yesus di salib dan mati.
Dan pada hari Minggu pagi itu,  Maria Magdalena dan Maria yang lain pergi menengok kubur dimana Yesus dikuburkan.  Apa yang terjadi? Ditengah perasaan yang tidak menentu, perasaan takut yang masih menyelimuti, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kehadiran Malaikat Tuhan.  Malaikat Tuhan yang menyapa mereka,  “Janganlah takut….Ia tidak ada disini. Ia telah bangkit “ (ayat 5 dan 6).
Inilah berita yang mengejutkan dan membawa sukacita bagi mereka.  Tidak hanya berhenti sampai disitu, ketika mereka hendak bergegas meninggalkan kubur itu dalam keadaan takut namun bersukacita, Yesus menjumpai mereka dan berkata,  “Salam bagimu”, …. (Selamat atau Damai bagimu atau damai untukmu). Artinya apa?
Allah telah berdamai dengan manusia. Dan perempuan-perempuan ini menjadi saksi atas perdamaian itu. “Jangan takut….”. Perhatikan bahwa dalam perikop ini, kata TAKUT diulang sampai tiga kali. Ini menandakan bahwa Kebangkitan Kristus adalah melenyapkan ketakutan. Ketakutan yang disebabkan oleh dosa yang mengikat dan mengkungkungi umat manusia.

Peristiwa Kebangkitan adalah peristiwa dimana Allah didalam Kristus telah mengalahkan kematian dan dosa. Peristiwa dimana Allah memberi kedamaian bagi manusia. Damai akan terasa apabila pengampunan itu ia terima. Seseorang akan merasa damai apabila dia di beri keampunan.
Itulah sebabnya Ketakutan diubah menjadi damai dan orang dapat bersukacita.  Damai itu diberikan. Itulah sebabnya perempuan2 itu bergegas dengan penuh sukacita untuk meneruskan berita dan kesaksian Kebangkitan ini kepada seluruh murid. Berita yang membahagiakan. Berita yang membawa damai. Berita yang menghidupkan. Kalau sebelumnya mereka seperti mati, takut, tidak ada sikacita dan damai serta tidak bisa berbuat apa-apa setelah kematian Yesus, kini sukacita dan kehidupan baru mereka miliki.
Itulah berita Kebangkitan bagi kita. Allah didalam Kristus tidak ada lagi di kubur. Kini Dia telah bangkit mengalahkan cengkeraman ketakutan dan dosa. Dia memberikan sukacita dan hidup baru. Itulah yang kiranya harus terus menjadi berita bagi dunia. Berita yang terus dibawa oleh kita sebagai gereja. Sebuah berita yang menghidupkan.  Berita yang membawa damai dan sukacita.
Berita yang menghidupkan adalah berita yang bukan hanya milik satu atau dua orang saja (Dua perempuan itu saja) tetapi berita untuk semua orang. Ketika yang lain merasa hidupnya tidak berdaya lagi dan berarti lagi, berita ini diperdengarkan kepadanya.  Berita yang membawa damai dan sukacita itu seperti  yang sudah diumpamakan Yesus tentang pengampunan. Pengampunan akhirnya melahirkan kedamaian.

Peristiwa Paskah bagi kita sekarang ini, bukan hanya sekedar mengatakan bahwa kubur telah kosong. Tetapi itu harus menjadi kenyataan yang riil dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai orang percaya. Adalah bahwa, berita pendamaian, berita kehidupan yang membawa sukacita itu harus menjadi milik semua orang.
Menarik bahwa, berita ini pertama-tama di saksikan dan diperdengarkan kepada kaum perempuan.  Kaum perempuan yang meneruskan berita ini kepada yang lain. Rupanya Tuhan mau terus memakai Kaum perempuan untuk PERTAMA-TAMA menyampaikan berita ini dalam kehidupan nyata kita.  
Bagi kaum perempuan, sudahkah atau siapkah kita meneruskan berita ini kepada bapak-bapak dan keluarga kita dan orang-orang disekitar kita?. Berita yang menghidupkan untuk semua orang. Rupanya dalam konteks ini, Kaum perempuan menjadi yang pertama menyaksikan kebangkitan itu dan pertama dalam meneruskan berita yang menghidupkan ini. Dengan harapan, dari mulut para perempuanlah berita damai dan kehidupan itu didengar dan disaksikan oleh kaum yang lain.

Menarik pula bahwa konteks zaman itu kaum laki-laki adalah kaum yang posisinya lebih tinggi dari kaum perempuan dalam kehidupan masyarakat dan agama namun ternyata berita kebangkitan pertama-tama justru disaksikan oleh kaum perempuan. Hal lain pula bahwa dalam kondisi masyarakat yang lebih mengagungkan dan mempercayai berita dari kaum laki-laki justru berita kebangkitan dibawa oleh kaum perempuan. Dan dari merekalah berita itu terus menyebar dan menjadikan gereja bertumbuh dan kuat oleh karena berita tersebut.
Dengan demikian ternyata berita Paskah adalah berita yang meruntuhkan perbedaan “Klas Sosial” dalam masyarakat. Berita Paskah  adalah berita yang mengingatkan dengan keras bahwa kaum perempuanpun adalah kaum yang juga terlibat untuk memberitakan kehidupan. Kaum yang ikut menggerakkan sejarah gereja dan dunia. Kaum perempuanpun dipakai Tuhan dalam rencana dan karya-karya Allah.
Paskah mencelikkan mata kita semua, ternyata berita kebangkitan adalah diperuntukkan oleh semua orang, Bangsa, kelamin, Ras dan Klas social. Berita Paskah mengajak semua orang untuk bergandengan tangan dalam kasih demi menghadirkan kehidupan bersama.
Selamat Paskah. Kristus sudah bangkit, Haleluyah. Amin.