Siapa
yang mau menderita dalam hidup ini? Tentu tidak ada seorangpun yang
menginginkan hal itu terjadi dalam hidupnya. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa penderitaan itu
seringkali mewarnai perjalanan hidup kita, dengan berbagai bentuk. Dan apabila
penderitaan itu terjadi oleh karena perbuatan kita sendiri, bagaimana tanggapan kita? Atau
dengan kata lain, ketika penderitaan itu datang sebagai bentuk hukuman Tuhan
oleh karena perbuatan kita sendiri sebagai orang yang percaya. Apa yang hendak
kita katakan?.
Umat
Israel adalah umat pilihan Tuhan, umat yang diberkati dan umat yang dipakai
Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Peristiwa keluarnya bangsa Israel
dari Tanah Mesir oleh karena pengasihan Tuhan, menjadi tanda bahwa Umat Israel
sementara dipersiapkan Tuhan sebagai umat yang menjadi berkat bagi orang lain.
Perjalanan mereka di padang gurun dengan penyertaan Tuhan turut membentuk
karakter mereka sebagai umat Tuhan sehingga menjadi umat yang taat dan setia
beribadah kepada Tuhan Allah sendiri. Ciri khas sebagai umat yang beribadah
kepada Tuhan adalah ciri utama dari bangsa ini.
Akan
tetapi perjalanan waktu telah menyaksikan bahwa ketika umat ini berpaling dari
Tuhan dan mulai mengandalkan kekuatan-kekuatan dunia dan manusia, umat Israel
yang semula satu akhirnya terpecah menjadi dua Yaitu Israel Utara (Samaria) dan
Israel selatan (Yehuda). Peristiwa ini juga menjadi tanda bahwa Allah sementara
menghukum umatNYa sendiri akibat kesetiaan yang berubah pada ketertundukan pada
kekuatan dan kemampuan manusia semata. Itulah yang sementara terjadi dalam
kehidupan umat Tuhan baik di Selatan maupun di Utara. Kehidupan para pemimpin
umat dan umat sendiri berada dalam keadaan krisis dan kritis oleh karena mulai
menjauh dari Tuhan. Dalam kondisi itulah Yesaya tampil bernubuat menyuarakan
Firman Tuhan.
Yesaya
menggambarkan bahwa keberadaan pemimpin2 Israel tidak lagi mencerminkan
kepemimpinan yang dituntut Tuhan. Mereka dimabukkan oleh anggur dan arak
sehingga kepemimpinan mereka tidak lagi menjadi anutan dan teladan. Mereka
tidak mampu lagi mengarahkan perjalanan umat Tuhan ke arah yang dijehendaki
Tuhan. Dan agaknya keadaan ini juga menggambarkan bahwa pemimpin2 Israel sedang
dimabuk kekuasaan, mabuk jabatan sehingga kesombongan, keangkuhan dan
pementingan diri sendiri terjadi dimana-mana. Bagi mereka hal ini memang lazim
dan bahkan dipandang baik2 saja. Oleh karena itu tidak heran, umat sendiripun
berada dalam kondisi seperti itu. Dan yang lebih parah lagi adalah baik
pemimpin umat maupun umat sendiri telah melupakan ciri khas dan identitas
mereka sebagai umat pilihan Tuhan yaitu sebagai umat yang taat beribadah dan
bersekutu dengan Tuhan. Mereka kini lebih memilih pada penyembahan-penyembahan
berhala daripada datang menyembah kepada Tuhan Allah yang sejak dulu menyatakan
kuasa dan keajaiban-keajaiban bagi perjalanan hidup mereka. Sikap ini dimana
umat Tuhan mulai senang dengan penyembahan berhala menunjukkan bahwa kehidupan
umat Tuhan sedah jauh terperosok kepada jurang kebinasaan. Yesaya menyebutnya “Perjanjian dengan Maut”.
kondisi
ini sangat memprihatinkan sehingga Yesaya berkali-kali memperingatkan bangsa
ini namun tidak dihiraukan. Ay.15. mereka pikir mereka bisa lolos. Oleh karena
itu Yesaya menyampaikan bahwa akibat perbuatan ini maka umat Tuhan akan dihukum
oleh Tuhan sendiri (ay.21). mereka akan mengalami penderitaan akibat ulah
mereka sendiri. Penderitaan itu digambarkan bahwa Yerusalem akan hancur (tempat perhentian--- ay.12). padahal
Yerusalem bagi Israel merupakan kota yang kudus, kota yang menjadi simbol
kehadiran Allah. Akan tetapi kehancuran ini tidak akan terhindarkan oleh karena
kehidupan umat Tuhan yang tidak lagi taat dan setia kepada Tuhan. Ay. 21- 22,
Yesaya menegaskan akan kepastian kehancuran Israel dimana Allah sendiri
menghendakinya.
Seperti
itulah yang akan terjadi apabila umat Tuhan mulai menjauh dari Tuhan. Sepertinya
Israel lupa bahwa apa yang mereka jalani dan menikmati kehidupan sejak dari
Mesir adalah karena kasih Tuhan. Sangat ironis memang umat yang dipilih dan
umat yang diberkati kini berada diambang kehancuran. Penderitaan yang akan
mereka alami semua itu disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri.
Firman
Tuhan ini mengingatkan kita bahwa selaku umat Tuhan kita harus menyadari bahwa
hidup yang kita jalani adalah pemberian Tuhan dan tanda kasih Tuhan bagi kita. Adalah
sangat ironis apabila kita yang telah merasakan pemeliharaan dan kasih Tuhan
itu justru meninggalkan Tuhan dan berpaling pada kekuatan-kekuatan manusia dan
dunia. Mungkin kita tidak seperti bangsa Israel di zaman Yesaya bernubuat akan
tetapi kita diingatkan baik sebagai pemimpin maupun sebagai umat Tuhan ketaatan
dan kesetiaan kepada Tuhan itu jangan sampai berubah. Mabuk oleh kekuasaan,
pening oleh jabatan, kesombongan dan keangkuhan bukanlah ciri khas kita sebagai
orang percaya. Kita tahu kesombongan dan keangkuhan itu muncul oleh karena kita
merasa tinggi. Dan kita tahu bahwa ketinggian seringkali berdampak negatif. Demikian
pula ketika kita merasa tinggi, hati-hati ketinggian itu bisa mengeluarkan hawa
panas yang bisa mencederai orang lain. Demikian pula ketika umat Tuhan
berpaling pada berhala-berhala, Tuhan menjadi marah. Benar kita tidak lagi
menyembah berhala seperti umat Israel di masa itu, tetapi tidak dapat kita
pungkiri bahwa berhala-berhala modern seringkali menggantikan posisi Tuhan
dalam hidup kita. Ketika kita mulai memahami bahwa kecukupan materi dapat
menjamin kehidupan kita hati-hati kita mulai dekat pada perjanjian dengan maut.
Ketika kita mulai beranggapan persekutuan dengan Tuhan tidak penting, kita
harus berani bertindak dan berhenti berpikir seperti itu. Tuhan lebih penting
daripada segala galanya.
Berita
penghukuman yang disampaikan Yesaya dalam bagian alkitab saat ini paling tidak
dikarenakan 2 hal :
1.
Keangkuhan dana
kesombongan pemimpin maupun umat Tuhan
2.
Penyembahan
berhala yang berarti mulai menganggap Tuhan danpersekutuan denganNya tidaklah
penting.
Maka konsekuensinya adalah
penghukuan dan penderitaan.
Kita tidak berharap dan
tidak menginginkan hal itu terjadi dalam hidup kita kini dan di sini. Oleh
karena itu marilah tetap hidup dalam karakter dan ciri khas sebagai umat Tuhan
yang mau menjawab kasih Tuhan itu dalam hidup keseharian kita dan dalam hidup
yang terus rindu bersekutu dengan Tuhan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar