Khotbah, Renungan Kristen, Bacaan Alkitab, Artikel, Berita

Rabu, 25 April 2012

KESETIAAN DITENGAH TAWARAN DUNIA YANG MEMIKAT Bahan Bacaan Yesaya 28:7-22


Siapa yang mau menderita dalam hidup ini? Tentu tidak ada seorangpun yang menginginkan hal itu terjadi dalam hidupnya. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa penderitaan itu seringkali mewarnai perjalanan hidup kita, dengan berbagai bentuk. Dan apabila penderitaan itu terjadi oleh karena perbuatan kita sendiri, bagaimana tanggapan kita? Atau dengan kata lain, ketika penderitaan itu datang sebagai bentuk hukuman Tuhan oleh karena perbuatan kita sendiri sebagai orang yang percaya. Apa yang hendak kita katakan?.

Umat Israel adalah umat pilihan Tuhan, umat yang diberkati dan umat yang dipakai Tuhan untuk menjadi berkat bagi orang lain. Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Tanah Mesir oleh karena pengasihan Tuhan, menjadi tanda bahwa Umat Israel sementara dipersiapkan Tuhan sebagai umat yang menjadi berkat bagi orang lain. Perjalanan mereka di padang gurun dengan penyertaan Tuhan turut membentuk karakter mereka sebagai umat Tuhan sehingga menjadi umat yang taat dan setia beribadah kepada Tuhan Allah sendiri. Ciri khas sebagai umat yang beribadah kepada Tuhan adalah ciri utama dari bangsa ini.
Akan tetapi perjalanan waktu telah menyaksikan bahwa ketika umat ini berpaling dari Tuhan dan mulai mengandalkan kekuatan-kekuatan dunia dan manusia, umat Israel yang semula satu akhirnya terpecah menjadi dua Yaitu Israel Utara (Samaria) dan Israel selatan (Yehuda). Peristiwa ini juga menjadi tanda bahwa Allah sementara menghukum umatNYa sendiri akibat kesetiaan yang berubah pada ketertundukan pada kekuatan dan kemampuan manusia semata. Itulah yang sementara terjadi dalam kehidupan umat Tuhan baik di Selatan maupun di Utara. Kehidupan para pemimpin umat dan umat sendiri berada dalam keadaan krisis dan kritis oleh karena mulai menjauh dari Tuhan. Dalam kondisi itulah Yesaya tampil bernubuat menyuarakan Firman Tuhan.

Yesaya menggambarkan bahwa keberadaan pemimpin2 Israel tidak lagi mencerminkan kepemimpinan yang dituntut Tuhan. Mereka dimabukkan oleh anggur dan arak sehingga kepemimpinan mereka tidak lagi menjadi anutan dan teladan. Mereka tidak mampu lagi mengarahkan perjalanan umat Tuhan ke arah yang dijehendaki Tuhan. Dan agaknya keadaan ini juga menggambarkan bahwa pemimpin2 Israel sedang dimabuk kekuasaan, mabuk jabatan sehingga kesombongan, keangkuhan dan pementingan diri sendiri terjadi dimana-mana. Bagi mereka hal ini memang lazim dan bahkan dipandang baik2 saja. Oleh karena itu tidak heran, umat sendiripun berada dalam kondisi seperti itu. Dan yang lebih parah lagi adalah baik pemimpin umat maupun umat sendiri telah melupakan ciri khas dan identitas mereka sebagai umat pilihan Tuhan yaitu sebagai umat yang taat beribadah dan bersekutu dengan Tuhan. Mereka kini lebih memilih pada penyembahan-penyembahan berhala daripada datang menyembah kepada Tuhan Allah yang sejak dulu menyatakan kuasa dan keajaiban-keajaiban bagi perjalanan hidup mereka. Sikap ini dimana umat Tuhan mulai senang dengan penyembahan berhala menunjukkan bahwa kehidupan umat Tuhan sedah jauh terperosok kepada jurang kebinasaan. Yesaya menyebutnya “Perjanjian dengan Maut”.  
kondisi ini sangat memprihatinkan sehingga Yesaya berkali-kali memperingatkan bangsa ini namun tidak dihiraukan. Ay.15. mereka pikir mereka bisa lolos. Oleh karena itu Yesaya menyampaikan bahwa akibat perbuatan ini maka umat Tuhan akan dihukum oleh Tuhan sendiri (ay.21). mereka akan mengalami penderitaan akibat ulah mereka sendiri. Penderitaan itu digambarkan bahwa Yerusalem akan hancur (tempat perhentian--- ay.12). padahal Yerusalem bagi Israel merupakan kota yang kudus, kota yang menjadi simbol kehadiran Allah. Akan tetapi kehancuran ini tidak akan terhindarkan oleh karena kehidupan umat Tuhan yang tidak lagi taat dan setia kepada Tuhan.  Ay. 21- 22,  Yesaya menegaskan akan kepastian kehancuran Israel dimana Allah sendiri menghendakinya.

Seperti itulah yang akan terjadi apabila umat Tuhan mulai menjauh dari Tuhan. Sepertinya Israel lupa bahwa apa yang mereka jalani dan menikmati kehidupan sejak dari Mesir adalah karena kasih Tuhan. Sangat ironis memang umat yang dipilih dan umat yang diberkati kini berada diambang kehancuran. Penderitaan yang akan mereka alami semua itu disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri.

Firman Tuhan ini mengingatkan kita bahwa selaku umat Tuhan kita harus menyadari bahwa hidup yang kita jalani adalah pemberian Tuhan dan tanda kasih Tuhan bagi kita. Adalah sangat ironis apabila kita yang telah merasakan pemeliharaan dan kasih Tuhan itu justru meninggalkan Tuhan dan berpaling pada kekuatan-kekuatan manusia dan dunia. Mungkin kita tidak seperti bangsa Israel di zaman Yesaya bernubuat akan tetapi kita diingatkan baik sebagai pemimpin maupun sebagai umat Tuhan ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan itu jangan sampai berubah. Mabuk oleh kekuasaan, pening oleh jabatan, kesombongan dan keangkuhan bukanlah ciri khas kita sebagai orang percaya. Kita tahu kesombongan dan keangkuhan itu muncul oleh karena kita merasa tinggi. Dan kita tahu bahwa ketinggian seringkali berdampak negatif. Demikian pula ketika kita merasa tinggi, hati-hati ketinggian itu bisa mengeluarkan hawa panas yang bisa mencederai orang lain. Demikian pula ketika umat Tuhan berpaling pada berhala-berhala, Tuhan menjadi marah. Benar kita tidak lagi menyembah berhala seperti umat Israel di masa itu, tetapi tidak dapat kita pungkiri bahwa berhala-berhala modern seringkali menggantikan posisi Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita mulai memahami bahwa kecukupan materi dapat menjamin kehidupan kita hati-hati kita mulai dekat pada perjanjian dengan maut. Ketika kita mulai beranggapan persekutuan dengan Tuhan tidak penting, kita harus berani bertindak dan berhenti berpikir seperti itu. Tuhan lebih penting daripada segala galanya.

Berita penghukuman yang disampaikan Yesaya dalam bagian alkitab saat ini paling tidak dikarenakan 2 hal :
1.      Keangkuhan dana kesombongan pemimpin maupun umat Tuhan
2.      Penyembahan berhala yang berarti mulai menganggap Tuhan danpersekutuan denganNya tidaklah penting.
Maka konsekuensinya adalah penghukuan dan penderitaan.
Kita tidak berharap dan tidak menginginkan hal itu terjadi dalam hidup kita kini dan di sini. Oleh karena itu marilah tetap hidup dalam karakter dan ciri khas sebagai umat Tuhan yang mau menjawab kasih Tuhan itu dalam hidup keseharian kita dan dalam hidup yang terus rindu bersekutu dengan Tuhan. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar